Nama aslinya al-Khawarizmi ialah Muhammad
Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah
Muhammad bin Ahmad bin Yusoff.
Al-Khawarizmi telah dikanali di Barat sebagai al-Khawarizmi,
al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara
ejaan lagi. Beliaulah yang menemukan Al Jabru wal Mukobala. (penjabaran
dan penyelesaian). Di nama latinkan menjadi Aljabar.
Beliau dilahirkan di Bukhara. Pada tahun 780M. Ada juga yang mengatakan al-Khawarizmi hidup
sekitar awal pertengahan abad ke-9M.
Sumber lain menegaskan beliau dari Khawarism yang merupakan Usbekistan
saat ini, pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.
Riwayat Hidup
Al-Khawarizmi
Al-Khwarizmi diperkirakan hidup di pinggiran
Baghdad pada masa Khalifah al-Ma’mun (813 – 833) zaman Abasiyah, sebagai
anggota Bayt al Hikma Baghdad yang meneliti ilmu-ilmu pengetahuan dan terjemah
yang didirikan ayah al-Ma’mun. Pada masa Al-Khwarizmi hidup pula tokoh lain
yang juga ahli astronomi dan matematika seperti, Abu Ja’far Muhammad ibn Musa
al-Khwarizmi, salah satu dari tiga serangkai ‘Banu Musa ibn Shakir’ selain
Abdullah dan al-Khwarizmi sendiri. Hampir sebagian besar kesuksesan yang
dicapai al-Khwarizmi, seperti tulisan tentang astronomi dan aljabar
didedikasikan untuk al-Ma’mun. Di pihak lain, Khalifah yang dikenal juga
seorang ilmuan tokoh pengetahuan dan sahabat al-Khwarizmi ini memberikan
perhatian pada karya al-Khwarizmi dan memberikan berbagai penghargaan.
Al-Khwarizmi kemungkinan besar adalah
satu-satunya ahli astronomi yang diikutsertakan dalam proyek pimpinan al-Ma’mun
untuk mengukur panjang satu derajat lingkar bumi sepanjang garis busur. Sejak
dia mengetahui bahwa bumi berbentuk seperti bola, suatu nilai yang akurat untuk
mengetahui lingkar bumi telah dicapai, yaitu panjang satu derajat dikalikan
dengan 360.
Al-Khwarizmi diungkapkan mencoba untuk membuat
ramalan tentang masa hidup Nabi Muhammad SAW melalui ilmu astronomi. Dia hitung
secara cermat waktu Nabi dilahirkan. Ia termasuk salah seorang ahli perbintangan
yang bekerjasama membuat sebuah Peta Dunia untuk memenuhi permintaan al-Ma’mun,
lalu terkenal dalam pembuatan Peta Ptolemy.
Sebagai “Bapak Ilmu Pengetahuan Aljabar” dia
menulis buku berjudul Algebra, yang kemudian diklasifikasi oleh para sejarawan
matematika sebagai Dasar-dasar Pengetahuan Matematika. Al-Khwarizmi adalah
orang yang pertama kali memperkenalkan ilmu aljabar dalam suatu bentuk dasar
yang dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari. Hal ini berbeda dengan konsep
aljabar Diophantus yang lebih cenderung menggunakan aljabar untuk aplikasi
teori-teori bilangan. Penamaan tersebut bukan berasal dari tulisan karya
Al-Khwarizmi dan bukan “Aritmatika” yang merupakan tulisan Diophantus. Para
ahli ilmu pasti kuno (termasuk Yunani) mempertimbangkan bilangan sebagai suatu
besaran. Ini terjadi ketika Al-Khwarizmi memberi pemahaman angka sebagai sebuah
hubungan murni di era modern dimana ilmu pengetahuan aljabar salah satu
bagiannya.
Karya Al-Khwarizmi berjudul Kitab al-Jabr
w’al-muqabalah (The Book of Restoring and Balancing) menjadi titik awal
aljabar dalam dunia Islam. Kata aljabar ini digunakan di dunia Barat untuk
obyek yang sama. Menurut Kasir (1931), kata aljabar berasal dari tulisan
Al-Khwarizmi yang mencantumkan ’al-jab’ sebagai judulnya. Tulisan ini diterjemahkan
(abad XII) ke dalam bahasa Latin oleh Gerhard Cremona dan Robert Chester,
dimana buku ini digunakan sebagai buku wajib matematika dasar di Eropa hingga
abad XVI.
Pengaruh lain yang berkait dengan ilmu
matematika adalah suku kata ”algoritm” yang dikonotasi sebagai sebuah prosedur
baku dalam menghitung sesuatu. Kata ini berasal dari perubahan versi
Al-Khwarizmi ke versi Latin ‘algorismi’, ‘algorism’ dan akhirnya menjadi
’algorithm’. Angka yang tertera dalam setiap halaman tulisan adalah salah satu
bukti peran Al-Khwarizmi dalam aritmatika. Tulisan aritmatika berbahasa Arab
yang pertama kali diterjemah ke bahasa Latin berperan penting dalam
perkembangan bilangan Arab dan sistem bilangan yang diterapkan saat ini. Bahwa
penggunaan sistem bilangan Arab dan notasi penulisan basis sepuluh, telah
diperkenalkan oleh Al-Khwarizmi, dapat dikatakan sebagai suatu revolusi
perhitungan di abad pertengahan bagi bangsa Eropa
.
Pendidikan
Al-Khawarizmi
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa
al-Khawarizmi ialah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan kemahiran beliau bukan sahaja
meliputi bidang syariat tapidi dalam bidang falsafah, logik, aritmetik,
geometri, muzik, kejuruteraan, sejarah Islam dan kimia. Al-Khawarizmi sebagai
guru aljabar di Eropah. Beliau telah
menciptakan pemakaian Secans dan Tangens dalam penyelidikan trigonometri dan
astronomi. Dalam usia muda beliau
bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di
Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory iaitu tempat menekuni belajar
matematik dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercayai memimpin perpustakaan
khalifah. Beliau pernah memperkenalkan
angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis
Ensiklopedia Pelbagai Disiplin.
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang mula-mula memperkenalkan aljabar
dan hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan
yang beliau pelajari dalam bidang matematik dan menghasilkan konsep-konsep
matematik yang begitu popular sehingga digunakan pada zaman sekarang.
Kalau yang ada pada gambar diatas merupakan penomoran arab, lantas yang kita sebut angka arab itu angka apa.? yang kita sebut sebagai angka arab itu angka india
ini merupakan penomoran yang diperkenalkan Al-Khwarizmi sebagai penomoran arab
Kalau yang ada pada gambar diatas merupakan penomoran arab, lantas yang kita sebut angka arab itu angka apa.? yang kita sebut sebagai angka arab itu angka india
Kepribadian
Al-khawarizmi
Keperibadian al-Khawarizmi telah diakui oleh
orang Islam dan juga Barat.
Al-Khawarizmi telah dianggap sebagai sarjana matematik yang masyhur oleh
orang Islam dan ia diperakui oleh orang Barat.
Ini dapat dibuktikan bahawa G.Sartonmengatakan “pencapaian-pencapaian
yang tertinggi telah doperolehi oleh orang-orang Timur….” Maka temasuklah al-Khawarizmi itu sendiri. Al-Khawarizmi
patu disanjungi kerana beliau adalah seorang yang pintar. Menurut Wiedmann pula
berkata….’ al-Khawarizmi mempunyai personaliti yang teguh dan seorang yang
bergeliga sains’. Setiap apa yang
dinyatakan oleh penulis, ini telah terbukti bahawa al-Khawarizmi mempunyai
sifat keperibadian yang tinggi dan sekaligus disanjung oleh orang Islam.
Karya
Al-Khawarizmi
Aritmatika
Karya aritmatika Al-Khwarizmi berjudul “Kitab al-jam
wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid (Book of Addition and Subtraction by the Method
of Calculation) kemungkinan ditulis setelah mengerjakan Algebra. Edisi bahasa
Arab telah hilang, tapi versi Latin ditemukan tahun 1857 di perpustakaan
Universitas Cambridge, diyakini merupakan karya Al-Khwarizmi yang diterjemahkan
Adelard of Bath pada abad XII. Buku ini diterbitkan oleh B. Boncompagni dengan
judul Algoritmi de numero indorum (Roma, 1857) dan lalu oleh Kurt Vogel dengan
judul Mohammed ibn Musa Alchwarizmi’s Algorithmus (Aalen, 1963). Karya ini
dikenal pelajaran pertama yang ditulis dengan menggunakan sistem bilangan
desimal, merupakan titik awal pengembangan matematika dan sains. Pelajar di
Eropa mengaitkan Al-Khwarizmi dengan ‘new aritmetic’ yang akhirnya menjadi
basis notasi angka, dimana penulisan angka Arab dikenal dengan istilah ’algorism’
atau ’algorithm’.
Hasil karya Al-Khwarizmi menjadi penting
karena merupakan notasi pertama menggunakan basis angka Arab dari 1 sampai 9,0
dan pola nilai-penempatan. Ini dilengkapi pula dengan aturan-aturan yang
diperlukan dalam bekerja denga menggunakan bilangan notasi Arab dan penjelasan
tentang empat basis operasi perhitungan, yaitu; penambahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian. Ini juga mengakomodir bentuk-bentuk penulisan angka
yang lazim digunakan, yaitu penulisan dengan enam digit desimal dan penggunaan
tanda akar.
Diantara serangkaian notasi bilangan Arab yang
diperkenalkan Al-Khwarizmi, tidak terlalu signifikan dibanding notasi nol
digit. Tanpa keberadaan bilangan nol tabel-tabel yang memiliki kolom dalam
satuan puluhan, ratusan dan selanjutnya diperlukan untuk menempatkan satu
satuan bilangan sesuai fungsinya. Notasi nol disimbolkan dengan sebuah ruang
kosong dalam satu rangkaian angka, bentuk lingkaran kecil ini sebenarnya
merupakan salah satu temuan matematika yang terbesar. Notasi nol juga membuka
jalan bagi konsep penulisan bentuk positif dan negatif dalam aljabar, karena keberadaan bilangan Nol juga akhirnya menjadi dasar adanya bahasa mesin yang berupa perintah sehingga menjadi komputer yang sekarang digunakan diseluruh dunia.
Aljabar
Buku “Kitab al-jam wa’l-tafriq bi-hisab
al-Hid” yang ditulis Al-Khwarizmi antara tahun 813- 833 berkait dengan
teori persamaan linier dan kuadrat dengan satu variabel yang tak diketahui
sebagaimana dasar perhitungan yang terkait bilangan binominal dan trinominal.
Karya Al-Khwarizmi ini diyakini merupakan buku pertama dalam sejarah dimana
istilah aljabar muncul dalam konteks disiplin ilmu, lebih jauh dipertegas dalam
pembukaan, formulasi dan kosakata yang secara teknis adalah kosakata baru.
Ilmu pengetahuan aljabar sendiri merupakan
penyempurnaan terhadap pengetahuan yang telah dicapai bangsa Mesir dan
Babylonia. Kedua bangsa ini telah memiliki catatan yang berhubungan dengan
masalah aritmatika aljabar dan geometri pada permulaan 2000 SM. Di dalam
Arithmatica of Diophantus tercatat tentang persamaan quadrat, namun belum
terbentuk secara sistematis, karena itu sebelum Al-Khwarizmi aljabar tak serius
dan sistematis dipelajari. Meski begitu terdapat perdebatan bahwa Al-Khwarizmi
berkiblat pada ilmu matematika Yunani, dan yang lain menyebut bangsa India dan
Babylonialah inspirator karya Al-Khwarizmi. Pertentangan opini itu tak mampu
membuktikan adanya hubungan antara karya Al-Khwarizmi dengan sumber-sumber yang
diperkirakan sebelumnya. Sejarawan matematika mengakui, bahwa mustahil jika
mereka ”… terfokus pada keaslian konsep dan model aljabar oleh Al-Khwarizmi,
yang tidak diangkat dari konsep aritmatika sebelumnya, juga bukan dari karya
Diophantus ”.
Bagian pertama tulisan Al-Khwarizmi menekankan
teori-teori yang berkait dengan subyeknya, memberi penerangan terhadap
terminologi penulisan dan konsep penulis. Bagian kedua, penekanan pada prosedur
normal yang mensahkan penggunaan perhitungan praktis untuk direduksi dengan
dasar-dasar aljabar. Bagian akhir berkenaan aplikasi aljabar bidang
perdagangan, penelitian lapangan, pengukuran geometri dan aplikasi hukum waris
Islam.
Dalam karya Algebra, ia gunakan istilah jadhr
(roo) yang berasal dari istilah radix / root, untuk penekanan awal. Menurut
David E. Smith, ide pencatuman kata ’akar’ dalam istilah matematika karena
awalnya selalu ditulis dalam tulisan Arab. Terjemah edisi Latin menyebut radix
sebagai istilah umum warisan peradaban Romawi yaitu Latus. Radix (root) berasal
dari kata jadhr dalam bahasa Arab, sedang Latus (side) merupakan sisi dari
suatu persegi geometri. Istilah ini tak memiliki sinonim dalam bahasa Yunani,
sebagai contoh, Diophantus menamakan suatu kumpulan dengan istilah the number
yang diartikan suatu kelompok besar dari satu satuan. Al-Khwarizmi menggunakan
istilah mal yang dimaksud adalah pengganti square yang tak dapat diketahui
meski terkadang digunakan untuk pengganti istilah thing. Persamaan lain yang digunakan
secara khusus adalah istilah simple number yang disebut sebagai dirham.
Dengan menggunakan ketiga istilah tersebut,
Al-Khwarizmi membuat dalil bahwa semua jenis masalah yang ada dapat digolongkan
pada salah satu dari enam persamaan dasar seperti di bawah ini:
Akar sama dengan bilangan (bx = c.)
Mal sama dengan akar (ax2 = bx.)
Mal sama dengan bilangan (ax2 = c.)
Bilangan dan mal sama dengan akar (c + ax2 = bx.)
Bilangan sama dengan akar ditambah mal (c = bx
+ ax2.)
Mal dama dengan bilangan ditambah akar (ax2 =
c + bx.)
Poin pertama dalam persamaan dasar adalah
membuat kelengkapan identifikasi terhadap kasus sederhana pada tingkat pertama.
Keenam persamaan tersebut menunjukkan bahwa Al-Khwarizmi tidak mengenal
keberadaan bialangan negatif atau bilangan nol sebagai suatu koefisien. Jika
diamati dari karyanya, dia tidak mencantumkan penandaan simbol tetapi
menjabarkan segalanya, termasuk bilangan-bilangan dalam bentuk perkataan.
Al-Khwarizmi mengenalkan bahwa terdapat dua hasil dari akar quadrat, tetapi ia
hanya menuliskan nilai positif, yang mungkin dapat menjadi hasil irasional.
Al-Khwarizmi membuat aturan (aljabar dan
al-muqabalah) untuk menyelesaikan masing-masing dari keenam persamaan dan
memberi penjelasan lengkap untuk memperkecil persoalan terhadap masing-masing
bentuk persamaan. Dalam bahasa matematika, istilah aljabar (pemulihan) lebih
cenderung mengacu kepada pengertian suatu nilai positif, seperti contoh di
dalam aljabar:
x2 = 40x – 4x2 dapat diubah menjadi bentuk
aljabar 5x2 = 40x
Contoh lain dari buku Al-Khwarizmi adalah: 50
+ x2 = 29 + 10x
Dengan proses al-muqabalah, direduksi menjadi
21 + x2 = 10x.
Kedua operasi tersebut digabungkan dengan
operasi aritmatika seperti perkalian, penambahan, pengurangan, dan pembagian dari
bilangan nominal dan binominal sebagaimana konsep dasar dari perhitungan konsep
quadrat yaitu dapat menyelesaikan berbagai masalah yang ada dalam karya Algebra
Al-Khwarizmi. Selanjutnya dari buku tersebut Al-Khwarizmi memberi contoh
penyelesaian bentuk ketiga yang digabung dengan persamaan quadrat, serta jenis
persamaan yang berbeda dengan bantuan angka-angka memakai ide keseimbangan
permukaan.
Pengaruh Karya Algebra
Ahli matematika pada masa Al-Khwarizmi dan
saat ini memberi opini tentang Algebra, antara lain Ibnu Turk, Thabit ibn
Qurra, al-Sidnani, Sinan ibn al-Fath, Abu Kamil dan Abu al-Wafa al-Buzjani.
Karya Algebra juga populer di Barat pada awal abad XII ketika para pelajar
Eropa mulai menerjemahkan berbagai ilmu dari bahasa Arab ke bahasa Lain, seperti Johannes
Hispalensis (fl.1140), Gherardo of Cremona (1114 – 1187), Adelard of Bath
(fl.1120) dan Robert of Chester (fl.1150). Hal ini juga yang menjadi penyebab kenapa tidak ada ilmuan-ilmuan Barat yang ada sebelum Tahun 1200 M..?
Robert Bacon (1214 – 1294) dan Vincent de
Beauvais (sekitar 1275) menjadikan karya Al-Khwarizmi sebagai referensi dan
mengambil beberapa istilah yang ditemukan di buku itu, demikian pula Albertus
Magnus (1208 – 1280) mengacu tabel yang ditulis Al-Khwarizmi. Sejarawan F.
Woepcke menyebut bahwa Leonardo Fibonacci mengutip model Al-Khwarizmi untuk
contoh soal tapi sebagian dari kasus tersebut kemungkinan berasal dari Abu
Kamil, tokoh dimana Fibonacci mengutip sebagian masalah dalam aljabar.
Buku Algebra memberi kesan mendalam pada karya
Regiomontanus (1436 – 1476), tidak saja mengacu pada akar quadrat (ars rei et
census) tetapi juga menggunakan teknik pengungkapan tertentu; ’restaurare
defactus’ sebagai suatu contoh, dengan cara sama yang persis dengan pemahaman
dalam aljabar. Karpinski mencantumkan, kopi naskah Algebra yang ditampilkan
dalam kumpulan tulisan Plimpton menyerupai tulisan tangan dan pemakaian
singkatan yang digunakan Regiomontanus (Johannes Mueller). Bahwa pengarus karya
Al-Khwarizmi sangat besar pada naskah negara-negara Barat dan Latin yang terlihat
pada format tulisan dasar-dasar aljabar yang dipelajari di Eropa.
Kesimpulan
Sepeninggal Al-Khwarizmi, keberadaan karyanya
beralih kepada komunitas Islam termasuk cara menjabarkan bilangan dalam metode
perhitungan, bilangan pecahan; pengetahuan aljabar yang merupakan suatu warisan
untuk menyelesaikan persoalan perhitungan; dan rumusan lebih akurat dari yang
pernah ada sebelumnya.
Di dunia Barat, ilmu matematika lebih banyak
dipengaruhi oleh karya Al-Khwarizmi dibanding karya penulis abad pertengahan.
Masyarakat modern saat ini berhutang budi pada Al-Khwarizmi dalam hal
penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan bilangan dengan basis 10,
penggunaan bilangan irasional, dan diperkenalkannya konsep aljabar modern
membuatnya layak jadi figur penting dalam bidang matematika di abad
pertengahan. Sistem bilangan Arab yang diperkenalkannya membawa perubahan dalam
komposisi dan karakteristik matematika dan revolusi proses perhitungan di abad
pertengahan Eropa. Dengan penyatuan matematika Yunani, Hindu dan mungkin
Babylonia, teks aljabar merupakan salah satu karya Islam di jagat dunia.
Disamping itu kita juga tidak melupakan karyanya yang lain, seperti huruf-huruf
aljabar, algoritma, penemuan notasi angka nol, nilai akar bilangan merupakan
bukti peran Al-Khwarizmi mengembangkan pengetahuan tentang perhitungan.
Sumber:
Mohamed Mohaini, Matematikawan Muslim
Terkemuka, Salemba Teknika, Jakarta, 1991:16-41
0 komentar:
Post a Comment