Selamat datang, bacalah selalu "Basmalah" sebelum membacanya, semoga bisa menambah pengetahuan bagi kita semua
Blogger

This is Kalimah Tayyab

Laaa Ilaaha Illa-llaahu Muhammadur-Rasoolu-llaah

There is none worthy of worship except Allah and Muhammad is the Messenger of Allah

Blogger

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Blogger

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Blogger

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Blogger

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday, October 26, 2018

Blogger

Peradaban dan Organisai Islam di Indonesia

Oleh : Slamet Nur Latif dan Fahrur Razi
I.              Pendahuluan
Islam masuk ke Indonseia sejak zaman Khulafaur Rasyidin pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Penyebaran Islam ke Indonesia masuk melalui dua jalur utama yaitu Jalur Selatan yang bermazhab Syafi’I (Arab, Yaman, India, Pakistan, Bangladesh, Malaka, Indonesia) dan Jalur Utara (Jalur Sutra) yang bermazhab Hanafi (Turki, Persia, Kazakhstan, Uzbekistan, Afghanistan, China, Malaka, Indonesia). Penyebaran Islam semakin berhasil, khususnya di Pulau Jawa sejak abad ke-13 oleh Wali Sanga.Dari murid-murid Wali Sanga inilah kemudian secara turun-temurun menghasilkan Ulama-ulama besar di wilayah Nusantara seperti Syaikhuna Kholil Bangkalan (Madura), Syaikh Arsyad Al Banjari (Banjar, Kalimantan), Syaikh Yusuf Sulawesi, dan lain-lain.[1]
Pertumbuhan Islam pertama oleh para pedagang, maka pertumbuhan komunitas Islam muncul di daerah pesisir Sumatra, Jawa dan pulau lainnya.Kerajaan Islam pertama juga muncul di daerah pesisir.Demikian halnya kerajaan Samudra Pasai, Aceh, Demak, Banten dan Cirebon, Ternate dan Tedore. Dari sana Islam menyebar ke daerah-daerah sekitar. Menjelang akhir abad ke-17, Islam sudah hampir merata di Nusantara.[2]
II.           Islam ke Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi.[3]
Tersebarnya Islam ke Indonesia adalah melalui saluran-saluran sebagai berikut:[4]
A.          Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran.
B.          Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama para pedagang.
C.          Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubalig dengan anak bangsawan Indonesia.
D.          Pendidikan.
E.          Tasawuf dan Tarekat.
F.            Kesenian.
Melalui saluran-saluran itu Islam secara berangsur-angsur menyebar.Penyebaran Islam di Indonesia secara kasar dapat dibagi dalam tiga tahap. Pertama, dimulai dengan kedatangan Islam, yang diikuti oleh kemerosotan kemudian keruntuhan Majapahit pada abad ke-14 sampai ke-15.Kedua, sejak datang dan mapannya kekuasaan colonial Belanda di Indonesia sampai abad ke-19.Ketiga, bermula pada abad ke-20 dengan terjadinya “liberalisasi” kebijaksanaan pemerintah colonial Belanda di Indonesia. Dalam tahapan-tahapan itu akan terlihat proses Islamisasi sampai mencapai tingkat seperti sekarang.[5]
III.        Kondisi Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
A.           Kesultanan Perlak
Kesultaan Perlak adalah kesultanan pertama di Nusantara yang berkuasa pada tahun 840-1292 M. disekitar wilayah Peureulak atau Perlak.Kini wilayah tersebut masuk dalam wilayah Aceh Timur, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.[6]
Pendiri kesultanan Perlak adalah Sultan Alauddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Shah, penganut madzhab Syi’ah. Kesultanan Perlak didirikan pada tanggal 1 Muharrom 225 H. (840 M), saat kesultanan Mataram Kuno atau Mataram Hindu di Jawa masih Berjaya sebagai gebrakan awal, Sultan Alauddin mengubah nama Ibu Kota kesultanan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah.Setelah Sultan wafat pada 369 H. (913 M) terjadi ketegangan antara kaum Syi’ah dan kaum Sunni, sehingga dalam selama dua tahun berikutnya kesultanan Perlak vakum pemerintahan, tidak memiliki Sultan.Setelah dua tahun tersebut kaum Syi’ah memenangi persaingan, kemudian pada tahun 302 H (915 M) Sultan Alaudin Sayyid Maulana Ali Mughat Syah naik tahta.Pada akhir pemerintahannya, terjadi lagi ketegangan antara kaum Syi’ah dan kaum Sunni, yang kali ini membawa kaum Sunni pada keunggulan.Akibatnya, para Sultan berikutnya diangkat dari golongan Sunni.
Tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya Sultan Makhdum Alaudin Abdul Malik Syah Johan berdaulat, terjadi lagi ketegangan selama kuurang lebih empat tahun antara golongan Syi\ah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kesultanan menjadi dua bagian yaitu, Perlak Pesisir (Syi’ah) dipimpin oleh Sultan Alaudin Sayyid Maulana Syah (986-988 M), dan Perlak kedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaudin Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat (986-1023 M). pada tahun 988 M, kesultanan Sriwijaya menyerang Perlak, Sultan Alaudin Maulana Syah meninggal karena serangan itu. Namun demikian, sebagai akibatnya seluruh Perlak justru bersatu kembali dibawah pimpinan Sultan Makhdum Alaudin Malik Ibrahim Syah berdaulat.Sultan Makhdum melanjutkan perjuangan melawan kesultanan Buddha Sriwijaya hingga tahun 1006 M. Pada Sultan Perlak dapat dikelompokkan menjadi dua dinasti, yaitu Dinasti Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah dan Dinasti Johan Berdaulat.[7]
Dibawah ini merupakan nama-nama Sultan yang memerintah kesultanan Perlak:
1.             Sultan Alaudin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah (840-846 M)
2.             Sultan Alaudin Sayyid Maulana Abdul Rahim Syah (864-888 M)
3.             Sultan Alaudin Sayyid Maulana Abbas Syah (888-913 M)
4.             Sultan Alaudin Sayyid Maulana Ali Mughat Syah (915-918 M)
5.             Sultan Makhdum Alaudin Malik Abdul Kadir (928-932 M)
6.             Sultan Makhdum Alaudin Malik Muhammad Amin (932-956 M)
7.             Sultan Makhdum Alaudin Abdul Malik (956-983 M)
8.             Sultan Makhdum Alaudin Malik Ibrahim (986-1032 M)
9.             Sultan Makhdum Alaudin Malik Mahmud (1023-1059 M)
10.         Sultan Makhdum Alaudin Malik Mansur (1059-1078 M)
11.         Sultan Makhdum Alaudin Malik Abdullah (1078-1109 M)
12.         Sultan Makhdum Alaudin Malik Ahmad (1109-1135 M)
13.         Sultan Makhdum Alaudin Malik Mahmud (1135-1160 M)
14.         Sultan Makhdum Alaudin Malik Muhammad (1173-1200 M)
15.         Sultan Makhdum Alaudin Malik Abdul Jalil (1200-1230 M)
16.         Sultan Makhdum Alaudin Malik Muhammad Amin (1230-1267 M)
17.         Sultan Makhdum Alaudin Malik Abdul Aziz (1267-1292 M)[8]
B.            Kesultanan Samudera Pasai[9]
Kesultanan Samudera Pasai terletak di pesisir timur laut Aceh, saat ini menjadi kabupaten Lhoksemuawe atau Aceh Utara. Fakta tentang berdirinya Samudera Pasai pada abad XIII M. ini didukung oleh data-data sejarah yang nyata, yang terpenting diantaranya adalah batu nisan yang memuat nama Sultan Malik al-Shaleh, berangka tahun 696 H (1297 M)  di Jawa, pada saat itu sedang berdiri kesultanan Majapahit yang berpengaruh (1293-1478 M).
Sultan Malik al-Shaleh adalah Sultan pertama dan pendiri kesultanan Samudra Pasai.Tempat pertama yang menjadi pusat kesultanan adalah muara sungai Pasangan.Kesultanan Samudra Pasai adalah sebuah kesultanan maritim.Samudra Pasai memiliki mata uang Drama atau Dirham yang berukuran kecil yang membuktikan bahwa pada saat itu Samudra Pasai merupakan kesultanan yang makmur. Berikut nama-nama Sultan Samudra Pasai yang diambil dari mata uang dirham:
1.             Sultan Malik al-Shaleh (1292-1297 M)
2.             Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326 M)
3.             Sultan Mahmud Malik al-Zahir (1326-1345 M)
4.             Sultan Manshur Malik al-Zahir (1345-1346 M)
5.             Sultan Ahmad Malik al- Zahir (1346-1383 M)
6.             Sultan Zainal Abidin Malik al-Zahir (1383-1405 M)
7.             Sultanah Nahrasiyah (1405-1420 M)
8.             Sultan Abu Zaid Malik al-Zahir (1420-1455 M)
9.             Sultan Mahmud Malik al-Zahir (1455-1477 M)
10.         Sultan Zain al-Abidin (1477-1500 M)
11.         Sultan Abdullah Malik al-Zahir (1501-1513 M)
12.         Sultan Zain al-Abidin (1513-1524 M)
C.           Kesultanan Aceh[10]
Kesultanan Aceh berdiri pada tahun 1514 M diujung utara pulau Sumatera.Pendirinya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang bertahta dari tahun 1514-1530 M. Pada tahun 1520 M, beliau memulai kampanye militernya untuk menguasai bagian utara Sumatera.
Dalam sejarah pemerintahannya, kesultanan Aceh telah diperintah oleh banyak sultan, yaitu:
1.             Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530 M)
2.             Sultan Salahuddin (1530-1538 M)
3.             Sultan Alaudin Ri’ayat Syah al-Qahhar (1538-1571 M)
4.             Sultan Husain (1571-1579 M)
5.             Sultan Muda (1579 M, hanya beberapa tahun)
6.             Sultan Sri Alam (1579 M)
7.             Sultan Zainul Abidin (1579 M)
8.             Sultan Buyung (1586-1588 M)
9.             Sultan Alauddin Ri’ayat Syah Sayyid al-Mukammal (1589-1604 M)
10.         Sultan Ali Ri’ayat Syah (1604-1607 M)
11.         Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)
12.         Sultan Iskandar Tsani (1636-1641 M)
13.         Sultan Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675 M)
14.         Sultan Naqiyatuddin Nurul Alam (1675-1678 M)
15.         Sultan Inayat Syah (1678-1688 M)
16.         Sultan Kamalat Syah (1688-1699 M)
17.         Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin (1699-1702 M)
18.         Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtury (1702-1726 M)
19.         Sultan Jauharul Alam Badrul Munir (1703-1726 M)
20.         Sultan Jauharul Alam Aminuddin (hanya beberapa hari)
21.         Sultan Syamsul Alam (hanya beberapa hari)
22.         Sultan Johan (1735-1760 M)
23.         Sultan Mahmud Syah (1760-1781 M)
24.         Sultan Badruddin (1764-1765 M)
25.         Sultan Sulaiman Syah (1773 M)
26.         Sultan Alauddin Muhammad (1781-1795 M)
27.         Sultan Alauddin Jauharul Alam (1795-1815 M)
28.         Sultan Saiful Anam (1815-1818 M)
29.         Sultan Jauharul Alam (1818-1824 M)
30.         Sultan Muhammad Syah (1838-1870 M)
31.         Sultan Mansyur Syah (1838-1870 M)
32.         Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M)
33.         Sultan Muhammad Daud Syah (1878-1903 M)
D.           Kesultanan Melaka (1402-1511 M)
Adalah sebuah kesultanan yang didirikan oleh Parameswara, seorang putra melayu berketurunan Sriwijaya.Parameswara merupakan keturunan ketiga dari Sri Maha Sultan Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus Sultan Sriwijaya. Sang Nila Utama mendirikan Singapura Lama dalam berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Di Sultan (1372-1386 M), yang kemudian diteruskan oleh cucunya Paduka Sri Rana Wira Kerma (1386-1399 M).Pada tahun 1401 M, Parameswara putra dari Sri Rana Wira Kerma, mengungsi dari Tumasik setelah mendapat penyerangan dari Majapahit.[11]
Daftar Sultan-Sultan Melaka:
1.             Parameswara (1402-1414 M)
2.             Megat Iskandar Syah (1414-1424 M)
3.             Sultan Muhammad Syah (1424-1444 M)
4.             Seri Parameswara Dewa Syah (1444-1445 M)
5.             Sultan Mudzaffar Syah (1445-1459 M)
6.             Sultan Mansyur Syah (1459-1477 M)
7.             Sultan Alauddin Ri’ayat Syah (1477-1488 M)
8.             Sultan Mahmud Syah (1488-1528 M)[12]
E.            Kesultanan Demak Bintara
Demak adalah kesultanan pertama di pulau Jawa.Kesultanan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518 M).Raden Patah sebagai aadipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit.Dengan proklamasi itu, Raden Patah menyatakan kemandirian Demak dan mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar. Di Bintara, Patah mendirikan pondok pesantren. Penyiaran agama yang dilaksanakan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Perlahan-lahan, daerah tersebut menjadi pusat keramaian dan perniagaan. Raden Patah memerintah Demak hingga tahun 1518, dan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa sejak pemerintahannya.[13]
F.            Kesultanan Pajang
Kesultanan Pajang terletak di daerah Kartasura, Jawa Tengah.Sultan pertama Pajang adalah Mas Karebet.Mas Karebet adalah anak penguasa Pengging terakhir, Handayaningrat, yang dihukum mati oleh Sunan Kudus.Hukuman mati itu diberikan karena Handayaningrat mengikuti ajaran Syaikh Siti Jenar yang dianggap sesat. Mas Karebet memiliki nama lain, yakni Jaka Tingkir, Tingkir adalah nama tempat Mas Karebet dibesarkan.
Sebagai Sultan Pajang, Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya (1568-1582 M). Hadiwijaya memerintahkan agar semua benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang.Sultan Hadiwijaya memperluas kekuasaannya di Jawa pedalaman ke arah timur sampai daerah Madiun, di aliran anak bengawan Solo yang terbesar.[14]
G.           Kesultanan Mataram
Kesultanan Mataram berdiri pada tahun 1582 M. pusat kesultanan ini terletak disebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di kota Gede. Para Sultan yang pernah memerintah di kesultanan Mataram yaitu Penembahan Senopati (1584-1601 M) dan Panembahan Seda Krapyak (1601-1677 M).Dalam sejarah Islam, kesultanan Mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan sejarah kesultanan-kesultanan di Nusantara.Hal ini terlihat dari semangat Sultan-Sultan untuk memperluasa daerah kekuasaan dalam mengislamkan para penduduk, melibatkan para pemuka agama, hinggga pengembangan kebudayaan yang bercorak Islam di Jawa.[15]
H.           Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan yang ternama di Jawa Barat.Kesultanan ini berkuasa pada abad XV-XVI M. letak kesultanan Cirebon adalah di pantai utara pulau Jawa.Lokasi perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat membuat kesultanan Cirebon menjadi “jembatan” antara kebudayaan Jawa dan Sunda.
Pertumbuhan dan perkmbangan kesultanan Cirebon yang pesat dimulai oleh Syarif Hidayatullah. Ia kemudian diyakini sebagai pendiri kesultanan Cirebon dan Banten, serta menyebarkan Islam di Majalengka, Kuningan, Kawalih Galuh, Sunda Kelapa, dan Banten.[16]
IV.        Tasawuf dan Islam di Indonesia
A.           Tasawuf dan Islamisasi di Indonesia
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa tersebarnya Islam di Indonesia sebagian besar adalah karena jasa kaum sufi. Menurut Dr. Alwi Shihab, M. A. bahwa Islam yang pertama datang di Indonesia adalah Islam sufistik.[17]
Secara umum tasawuf tetap unggul pada tahap pertama Islamisasi, setidaknya sampai akhir abad XVII Masehi.Hal ini karena Islam tasawuf yang datang ke Nusantara “cocok” dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi asketisme Hindu, Buddha, dan sinkretisme kepercayaan local.Selain itu, tasawuf mempunyai kecenderungan untuk bersikap toleran terhadap pemikiran dan praktik traditional semacam itu yang sebenarnya bertentangan dengan praktik tauhid.[18]
Islam pada ketika awal masuk ke wilayah Nusantara, nuansa tasawuf amat dominan.Sementara itu, animism, dinamisme, Hindu, dan Buddha juga sangat amat dominan sebelumnya.Karena nuansa mistik melekat kuat pada kepercayaan agama tersebut, maka Islam dengan warna tasawuf lebih mudah diterima.[19]
Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, Islam dapat dengan cepat diterima oleh masyarakat Indonesia –salah satunya- karena adanya “kesamaan” bentuk antara Islam tasawuf dan sinkretisme penduduk setempat. Menurut teori ini, Islam tasawuf nyaris secara alami diterima.terlebih lagi, ada teori yang menyatakan bahwa Islam mampu hidup berdampingan secara damai dengan kepercayaan leluhur.Teori ini dalam batas tertentu mungkin dapat diterima.Kesamaan itu agaknya menyebabkan perpindahan agama Islam secara besar-besaran. Akan tetapi, dalam tahap perkembangan lebih lanjut, terjadi proses penghilangan kesamaan itu untuk menuju Islam yang lebih murni.[20]
Ajaran Islam yang diajarkan kepada penduduk setempat diwarnai dengan amalan sufi. Para sejarawan mengemukakan bahwa inilah yang membuat mereka tertarik.Dengan kata lain, perkembangan tasawuf merupakan salah satu faktor yang menyebabkan proses Islamisasi di Indonesia dapat berlangsung dengan mudah dan cepat.[21]
B.            Tokoh-Tokoh Tasawuf di Indonesia
Beberapa tokoh tasawuf memainkan peran penting dalam pengembangan ajaran agama Islam di Indonesia, ialah sebagai berikut:[22]
1.             Syaikh Hamzah Al-Fansuri
2.             Syaikh Nuruddin Ar-Raniri
3.             Syaikh Abdur Ra’uf As-Sinkili
4.             Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani
5.             Syaikh Yusuf Al-Makasari
6.             Syaikh Nawawi Al-Banteni
7.             Syaikh Ahmad Khatib Sambas
8.             KH. Hasyim Asy’ari
9.             Buya Hamka.
V.           Sebab-Sebab Islam Cepat Berkembang di Indonesia
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Penjelannya adalah sebagai berikut:[23]
A.           Menurut Adil Muhyidin Al-Allusi
Menurut Adil muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, ada tiga factor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu:
1.             Faktor Agama
Faktor agama yang dimaksudkan di sini ialah agama Islam dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian serta meningkatkan harkat dan martabatnya, sekaligus menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan, seperti Brahmana, dalam sistem kasta yang diajarkan Hindu.Semua lapisan masyarakat bisa saling hidup rukun, bersaudara, bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, dan bersikap adil, sehingga toleransi Islam menjadi ciri utama bangsa ini.
2.             Faktor Politik
Faktor politik diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara Negara-negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serta pertarungan Negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu.Ini mendorong para penguasa, bangsawan, dan pejabat di Negara-negara bagian tersebut untuk menganut Islam, yang diyakini mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu.
3.             Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalur laut. Sebab, kondisi ini telah memberikan banyak keuntungan sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi. Orang-orang yang terlibat dalam perdagangan itu bukan hanya para pedagang, melainkan para penguasa Negara-negara bagian, pejabat Negara, dan kaum bangsawan. Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan India yang hampir seluruhnya dikuasi pedagang Arab, maka para pedagang Indonesia bertindak sebagai agen-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka.
B.            Menurut Darsono dkk
Ada beberapa faktor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1.             Syarat masuk agama Islam sangatlah mudah.
2.             Agama Islam tidak mengenal system pembagian masyarakat berdasarkan kasta.
3.             Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara damai (tanpa melalui kekerasan).
4.             Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain.
5.             Upacara-upacara keagamaan dalam islam lebih sederhana.
VI.        Peradaban Islam di Indonesia
A.           Penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia
1.             Penjajahan Belanda
Pada awalnya, kehadiran Belanda di Indonesia adalah untuk mengembangkan perdagangan.Mereka ingin mendapatkan rempah-rempah yang harganya cukup mahal di Eropa.VOC melakukan monopoli dalam usaha mengembangkan perdagangannya.Cara VOC ini menimbulkan perlawanan pedagang pribumi yang merasa terancam.
Hingga pada tahun 1755 M. VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik pulau Jawa dengan perjanjian Giyanti, akibatnya raja Jawa kehilangan kekuasaan politiknya.Keberhasilan penetrasi politik Belanda di antaranya tak lepas dari adanya konflik internal kerajaan dan juga konflik antar kerajaan.
Keberhasilan Belanda menghadapi masyarakat Islam di Nusantara juga tidak lepas dari keberhasilan Belanda “mempelajari” ajaran Islam di Indonesia.Belanda mengakui bahwa perlawanan yang dilakukan masyarakat pribumi salah satunya karena diinspirasi oleh ajaran Islam.[24]
2.             Penjajahan Jepang
Kekalahan Belanda dalam Perang Pasifik dengan Jepang memaksanya untuk menyerahkan kekuasaan Hindia Belanda kepada Jepang.Pada era penjajahan Jepang ini, partai-partai Islam serasa menjadi lebih hidup. Ini dikarenakan Jepang berusaha mangakomodasi dua kekuatan, Islam dan nasionalis sekuler dari pimpinan tradisional.
Jepang pada akhirya menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan mengeluarkan maklumat Gunseikan No. 23/29 April 1945, tentang BPUPKI. Hingga akhirnya ketika tokoh nasional Indonesia mendengar berita bahwa Jepang kalah dalam Perang Pasifik, ditandai dengan meledaknya bom atom di Hirosima dan Nagasaki, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 M.[25]
B.            Peradaban Islam di Indonesia pada Masa Penjajahan
1.             Pendidikan Islam
Memang pada mulanya, Belanda membiarkan system pendidikan Islam berlangsung seperti dulu kala.Namun pelan-pelan Belanda berkeinginan mengubah pendidikan Islam.
Pada tahun 1901 M Belanda mengeluarkan kebijakan politik etis.Yaitu dengan mendirikan pendidikan rakyat sampai ke desa yang memberikan hak-hak pendidikan pada pribumi dengan tujuan untuk mempersiapkan pegawai yang bekerja untuk Belanda, juga untuk menghambat pendidikan tradisional.Kebijakan ini justru melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki pandangan rasional dan menjadi pendorong untuk mengadakan pembaharuan.
Program pendidikan saat keluarnya politik etis dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.              Sekolah Dasar kelas satu (de eerste klasse school) untuk kalangan para pemuka, tokoh-tokoh, dan orang-orang terhormat Bumi Puteraa.
b.             Sekolah Dasar kelas dua (de tweede klasse school) untuk anak-anak pribumi putra biasa.[26]
2.             Kitab-Kitab Fiqh
Di daerah yang menggunakan bahasa Melayu, ulama Acehlah yang mula-mula menulis kitab fiqh dengan huruf Arab Melayu.Pada abad XIX M. sendiri, pemikiran tasawuf mulai bergeser ke pemikiran fiqh.[27]
3.             Eksistensi Pengadilan Agama
Pada tahun 1882 M. pemerintah Kolonial Belanda menata pengadilan Agama. Susunan hakimnya kolegial, terdiri dari seorang penghulu sebagai ketua dengan tiga sampai delapan penghulu lain sebagai anggota. Wewenangnya adalah menyelesaikan soal-soal yang berkenaan dengan masalah keluarga (perkawinan dan kewarisan).[28]
4.             Komunitas Islam Berbasis Agraris
Secara historis konstituen Islam agraris berasal dari kelompok-kelompok miskin, seperti petani dan buruh yang berbasis di pedesaan.Awalnya dibentuk lewat masjid dan rumah para kyai sebagai sentra pembentukannya.Kemudian muncul model pesantren-pesantren.Yang pertama adalah Pesantren Tegal Sari yang didirikan tahun 1742 M di Ponorogo.Model ini kemudian mengilhami pendirian Pesantren Tremas di Pacitan, yang mengilhami berdirinya Pesantren Tebu Ireng di Jombang.Pesantren Tebi Ireng ini yang mengilhami hampir seluruh system pendidikan pesantren yang ada di kemudian hari.[29]
5.             Komunitas Islam Berbasis Perdagangan
Keberadaan para haji baru dari golongan Muslim memunculkan komunitas Islam elit dengan cara mendirikan organisasi sosial. Misalnya, di Surakarta lahir Sarekat Dagang Islam (SDI), di Bandung telah menggerakkan pedagang-pedagang ala Sumatera.[30]
6.             Masjid
Pada masa akhir penjajahan, unsur-unsur lama masjid berangsur-angsur hilang.Pada masa peralihan ke arah corak baru, masih banyak perpaduan antara keduanya seperti, jumlah atap masih tumpang dua, yang ketiga diganti kubah peniruan masjid dari Timur Tengah atau India.[31]
C.           Peradaban Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan
1.             Bidang Pendidikan
Setelah Indonesia merdeka, penyelesaian pendidikan agama mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah negeri maupun swasta.
Dalam Pasal 4 TAP MPRS No. XXVII/MPRS/1966 disebutkan tentang isi pendidikan, dimana untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan, maka isi pendidikan adalah:
a.              Mempertinggi mental, moral, budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama.
b.             Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.
c.              Membina dan mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Lembaga pendidikan tinggi Islam Indonesia telah berdiri sejak 1940 M. Kemudian berdiri lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh Negara dan swasta diseluruh Indonesia, seperti perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas Islam Indonesia (UII).[32]
2.             Bidang Politik
Sejak ditumpasnya peristiwa “G30 S/PKI” pada tanggal 30 Oktober 1965 M., bangsa Indonesia telah memasuki fase baru yang dinamakan Orde Baru.
Perubahan Orde Lama ke Orde Baru berlangsung melalui kerja sama erat antara pihak ABRI atau tentara dan gerakan-gerakan pemuda yang disebut Angkatan 1966.
Dekrit 5 Juli 1959, di samping mengukuhkan kembali UUD 1945 dan pembubaran Majelis Konstituante, juga menandai datangnya suatu system politik yang disebut Demokrasi Terpimpin. Dekrit ini lahir atas dasar kekecewaan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia.[33]
3.             Bidang Budaya
Islam datang ke Indonesia lengkap dengan seni dan kebudayaannya, maka Islam Indonesia tidak lepas dari budaya Arab. Tumbuh kembangnya Islam di Indonesia diolah sedemikian rupa oleh para juru dakwah melalui berbagai macam cara, baik melalui bahasa maupun budaya seperti halnya dilakukan oleh para walisongo di Pulau Jawa.
Berkaitan dengan nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Indonesia yang lain, juga dapat terlihat dari ciri dan corak bangunan masjid di Indonesia yang juga mengalami tumbuh kembang, baik terdiri dari masjid-masjid tua maupun yang baru.[34]
4.             Bidang Ekonomi
Di Indonesia, pendirian bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah pertama kali bermula pada tahun 1991 M. dengan pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun didirikan pada tahun 1991 M. tetapi baru beroperasi pada tahun 1992 M. itu pun belum memakai nama Bank Syariah tetapi sebagai bank bagi hasil, karena memang belum ada paying hukum yang menjadi naungan berdirinya Bank Syariah di Indonesia.
Pada saat bersamaan, pada tahun 1992-an M tersebut, pendirian BMI telah mengilhami kesadaran masyarakat untuk mengamalkan ekonomi syariah, sehingga sejak saat itu mulai didirikan lembaga keuangan syariah mikro yaitu Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul Mal Wattamwil (BMT).[35]
VII.     Organisasi Islam di Indonesia
Berikut saya informasikan mengenai beberapa organisasi Islam di Indonesia yang mempunyai peranan signifikan bagi pengembangan agama Islam di Indonesia:[36]
A.           Jamiatul Khair
Jamiatul Khair merupakan organisasi social yang berperan dalam melakukan perubahan system atau lembaga pendidikan Islam, khususnya di Jakarta. Organisasi ini merupakan organisasi pendidikan Islam tertua di Jakarta, yang didirikan pada tahun 1901, dengan peran besar para ulama asal Arab Hadramaut dan Alawiyyin.
B.            Syarikat Islam (SI)
Semula, Syarikat Islam (SI) bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), yang didirikan pada 16 Oktober 1905 oleh H. Samanhudi. Pada awalnya, organisasi ini sebagai perkumpulan pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang asing untuk menguasai ekonomi rakyat pada masa itu.
Lantas, pada tahun 1912, berkat kondisi politik dan social pada masa tersebut, HOS Tjokroaminoto menggagas SDI untuk mengubah nama dan bermetamorfosis menjadi organisasi pergerakan yang hingga kini disebut Syarikat Islam.
C.           Nahdlatul Ulama (NU)
NU merupakan bentuk kebangkitan ulama atau kebangkitan cendekiawan Islam.Organisasi ini merupakan organisasi besar di Indonesia.Organisasi itu berdiri pada 31 Januari 1926, yang bergerak dibidang pendidikan, social, dan ekonomi.
Dalam merespons persoalan, baik yang berkenaan dengan persoalan keagamaan maupun kemasyarakatan, NU memiliki manhajAhlus Sunnah wal Jama’ah sebagai berikut:
1.             Dalam bidang akidah, NU mengikuti manhaj dan pemikiran Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi.
2.             Dalam bidang fiqh, NU bermadzhab secara qouli danmanhaji kepada salah al-madzahib al-‘arba’ah (Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hanbali).
3.             Dalam bidang tasawuf, NU mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.
D.           Muhammadiyah
Muhammadiyah ialah organisasi Islam modern yang berdiri di Yogyakarta pada 18 November 1912.Pendirinya adalah KH. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah didirikan atas dasar agama, yang bertujuan melepaskan agama Islam dari adat kebiasaan jelek, yang tidak berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
E.            Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
Penggagas dan penghimpun tertinggi LDII adalah Al-Imam Nur Hasan Ubaidah Lubis Amir.Ia sebagai keturunan asli pribumi Jawa Timur.
Paham yang dianut oleh LDII telah dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971. Adapun sebagian ajaran dan konsepsi LDII adalah sebagai berikut:
1.        Jika di suatu wilayah (Negara) minimal ada 3 orang, dan salah satunya tidak mau mengangkat imam, maka dinilai hidupnya tidak halal, lantas statusnya disamakan dengan orang-orang kafir.
2.        Presiden bukanlah seorang imam.
3.        Mengharamkan taklid dalam fiqh.
4.        Mengharamkan yasinan, tahlilan, mauled Nabi Muhammad SAW, dan lain-lain.
5.        Mereka hanya mau mendengar pengajian berupa isi kandungan Al-Qur’an dan hadits dari orang-orang yang mengaji dengan imam mereka.
F.            Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA)
MTA adalah kelompok Islam yang berpusat di Solo, yang didirikan oleh Abdullah Thufail Saputra pada 19 September 1972. Lantaran tidak ada kecocokan dengan ajaran Muhammadiyah, maka ia mendirikan sekolah organisasi MTA. Dan, ia pun menjabat sebagai ketuanya. Sedangkan, ajaran NU, seperti yasinan dan maulidan, adalah objek utama mereka dalam berdakwah.
G.           Persatuan Islam (Persis)
Persiss berdiri pada permulaan tahun 1920-an, tepatnya 12 September 1923 di Bandung.Idenya bermula dari seorang alumnus Dar al-‘Ulum Makkah bernama H. Zamzam, yang pada tahun 1910-1912 menjadi guru agama di sekolah agama Dar al-Muta’allim.
H.           Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI)
PERTI adalah nama sebuah organisasi masa Islam nasional yang berbasis di Sumatera Barat, yang didirikan pada 20 Mei 1930, dan berakar dari para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
I.              Persatuan Umat Islam (PUI)
PUI didirikan pada 5 April 1952 di Majalengka.Organisasi ini lahir dalam kondisi kebanyakan organisasi di Indonesia saat itu cenderung terpecah belah.PUI lahir sebagai hasil fusi dua organisasi besar ketika itu, yakni Perikatan Umat Islam (PUI) dengan pimpinan KH.Abdul Halim (pendiri), yang berpusat di Majalengka, dengan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) dengan pimpinan KH.Ahmad Sanusi, yang berpusat di Sukabumi.
J.             Mathlaul Anwar (MA)
MA merupakan lembaga pendidikan klasikal pertama di Banten yang didirikan pada tahun 10 Ramadhan 1334 H (10 Juli 1916 M) di Kampung Kananga, Menes, Pandeglang, Banten, dengan dasar Islam.MA didirikan oleh KH. Mas Abdurrahman bin KH. Mas Jamal bersama beberapa kiai lainnya, seperti KH. Tubagus Muhammad Sholeh, KH. Entol Muhammad Yasin, Kiayi Tegal, KH. Abdul Mu’thi, Kiai Soleman Cibinglu, KH. Daud, Kiai Rusydi, Kiai Entol Danawi, dan KH. Mustaghfiri.
Saat ini, MA menjelma sebagai salah satu kekuatan civil societyyang sangat diperhitungkan sebagai katalisator seluruh agenda pembangunan bangsa.Hingga kini, MA tetap menjaga netralitasnya dalam menyikapi berbagai persoalan terkait kehidupan berbangsa dan bernegara, tak terkecuali dalam konteks politik.
K.           Jam’iyatul Washliyah
Organisasi ini lahir pada 30 November 1930 (9 Rajab 1349 H), di kota Medan, Sumatera Utara organisasi ini lahir ketika bangsa Indonesia masih penjajahan Hindia Belanda (Nederlandsh Indie). Tujuan utamanya adalah mempersatukan umat yang terpecah belah dan berbeda pandangan.Karena itu, organisasi ini turut meraih kemerdekaan Indonesia, dengan menggalang persatuan Umat di Indonesia.
L.            Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
ICMI didirikan oleh para cendekiawan atas hubungan birokrasi, pada tahun 1990.Salah satu penggagasnya ialah Prof. Dr. Ing. Bj. Habibi, yang sewaktu itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi pada pemerintahan era Orde Baru.Tokoh-tokoh ICMI di antaranya ialah Prof. Dr. Ing. Bj. Habibi, Prof. Dr. H. Amin Rais, Prof. KH. Ali Yafie, Dr. Adi Sasono, Dr. H. Tuti Alawiyah, dan lain-lain.
VIII.  Kesimpulan
A.           Kedatangan agama Islam di Indonesia memiliki beberapa teori;Pertama, Islam dating dari anak benua India. Kedua, Islam datang dari Bengal. Ketiga, Islam datang dari sumber aslinya yaitu Arab.
B.            Kesultanan-kesultanan yang berdiri sebelum penjajahan Belanda di Indonesia adalah: Kesultanan Perlak, Kesultanan Samudera Pasai, Kesultanan Aceh, Kesultanan Melaka, Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang, Kesultanan Mataram, dan Kesultanan Cirebon.
C.            Peradaban Islam di Indonesia pada masa penjajahan terlihat dari ulama yang muncul pada masa itu, corak dan produk pendidikan pondok pesantren, kelahiran system madrasah, perkembangan kitab fiqh.
D.           Peradaban Islam Indonesia masa reformasi semakin maju. Reformasi dimulai dari kekuasaan Orde Baru yang melakukan Korupsi, kolusi, dan nepotisme.



Daftar Pustaka
Sunanto Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Machfud Syaefudin dkk, Dinamika Peradaban Islam, (Pustaka Ilmu Yogyakarta: Yogyakarta), 253.
Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Teologi Islam dan Akar Pekirikiran Ahlussunah Wal Jama’ah, Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2014
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, DIVA Press: Yogyakarta. 2015
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, AMZAH: Jakarta. 2012




[1]Santoso Kristeva Nur Sayyid, Sejarah Teologi Islam dan Akar Pekirikiran Ahlussunah Wal Jama’ah, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2014), 191.
[2]Ibid, 193.
[3]Sunanto Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (PT RajaGrafindo Persada: Jakarta), 7-8.
[4]Ibid, 10-12.
[5]Ibid, 12.
[6]Syaefudin Machfud dkk, Dinamika Peradaban Islam, (Pustaka Ilmu Yogyakarta: Yogyakarta), 253.
[7]Ibid, 254.
[8]Ibid, 255.
[9]Ibid, 255-257.
[10]Ibid, 258-260.
[11]Ibid, 264-265.
[12]Ibid, 266.
[13]Ibid, 267-268.
[14]Ibid, 270-272.
[15]Ibid, 272-273.
[16]Ibid, 277-278.
[17]Amin Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, (AMZAH: Jakarta. 2012), 324.
[18]Ibid, 325.
[19]Ibid, 326.
[20]Ibid, 327.
[21]Ibid, 328.
[22]Ibid, 335.
[23]Aizid Rizem, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (DIVA Press: Yogyakarta. 2015), 497-500.
[24]Syaefudin Machfud dkk, Dinamika Peradaban Islam, (Pustaka Ilmu Yogyakarta: Yogyakarta), 281-283.
[25]Ibid, 283-284.
[26]Ibid. 284-285.
[27]Ibid, 288-289.
[28]Ibid, 290.
[29]Ibid, 292.
[30]Ibid, 294-295.
[31]Ibid, 296.
[32]Ibid, 303-307.
[33]Ibid, 307.
[34]Ibid, 307-309.
[35]Ibid, 311-312.
[36]Aizid Rizem, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (DIVA Press: Yogyakarta. 2015), 500-511.
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim: 1893)
Sebarkan jika Bermanfaat, Klik Tombol di bawah ini ^_^

Cara-Cara Menghasilan Uang dari YouTube dengan Mudah

Saat ini, menghasilkan uang dari internet bukanlah hal yang mustahil. Salah satu cara mendapatkan uang tersebut adalah lewat YouTube. Cara m...